Design by : Riska Maghfira. Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 21 Desember 2013

Bundaku, Idolaku

Malam itu aku termenung ditengah ribuan bintang yang menghiasi gelapnya langit malam. Indah sekali. Kuteringat pada sosok perempuan yang dulu selalu menemaniku setiap melewati malam. Senyum indahnya, bahkan gelak tawanya memecah malam yang sepi menjadi ramai dengan tawanya. Dia idolaku. Perjuangannya mendidikku hingga aku menjadi anak yang berprestasi disekolahku. Memanjakanku dengan limpahan kasih sayang dan materi yang Ia miliki.

Setiap ditanya, "Siapa idola yang selalu kamu rindukan ?"
Aku menjawab, "Bundaku adalah idola yang selalu aku rindukan."
Dalam lelahnya mengurus rumah, dalam letihnya Ia menjaga dan menungguku hingga pulang sekolah. Tak pernah sedikitpun kulihat wajah lesunya, walaupun kutahu bahwa Ia sangat lelah.

Dalam setiap sujudnya, dalam setiap hela nafasnya, dalam setiap do'anya. Aku. Namaku yang selalu ada dalam tiap do'anya. Pelajaran hidup yang selalu Ia ajarkan padaku. Hingga aku selalu sabar ketika aku berhadapan dengan masalah besar yang aku rasa sulit untuk kujalani. Tapi Ia, Ibundaku, beliau mengajarkan aku menjadi sosok wanita yang kuat, yang suatu saat akan menggantikannya ketika Ia t'lah tiada.

Idolaku, malaikatku, dan bidadariku. Bundaku. Pesan yang selalu menghantarkan aku pada sebuah kedewasaan, "Nak, jadilah anak yang sholeha, yang akan membawa bunda dan ayah keSyurga yang indah. Berkumpul dalam kenikmatan Syurga-Nya. Jadi anak yang kuat, tak boleh menyerah ketika kakak tahu bahwa kakak tidak bisa menjalaninya sendiri. Ingat nak, kau tak pernah sendiri. Dalam setiap langkahmu, ada do'a ayah dan bunda yang mengiringinya. Ketika semua orang tak yakin akan kemampuanmu, bunda dan ayah yang akan selalu yakin dengan apa yang kau usahakan, nak. Kami disini akan selalu ada untukmu. Untuk anak yang kami banggakan."


Setiap malam kulalui bersama kedua orang tuaku. Tertawa, bersenda gurau, bahkan hal konyolpun selalu kami lewati bersama. Ketika aku berada dalam sebuah kesibukanku, menulis dan belajar, Ia tak pernah lupa menanyakan, "Kak, udah makan ? Makan dulu gih, nanti sakit."
Aku pernah marah ketika bunda membeda-bedakan aku dengan anak yang lain. Sampai aku berkata, "Ya sudah, jadikan aja dia anak bunda, biar kakak dirumah nenek."
Penyesalan yang kurasa, setelah kata-kata itu keluar dari mulutku. Bahkan aku marah dengan diriku sendiri. Seharusnya aku bersyukur dilahirkan dari rahim seorang ibu yang hebat. Ditengah-tengah keluarga yang sederhana tapi selalu menganggap kami kaya dengan kasih sayang Allah.

Ia tak pernah tidak memberikan apa yang aku minta. Waktu aku kelas 1 dan kelas 2 SMK, aku berhasil menjadi juara 1 dikelas, dan juara umum disekolah. Aku tak pernah tau bahwa ada yang sedang mereka rencakan. Saat libur sekolah, ayah dan bundaku mengajakku kesebuah Pusat Perbelanjaan yang ada di Pekanbaru. Jalan-jalan dengan kedua adikku. Lalu ayah dan bunda mengajak kami ketempat makan yang memang dari dulu kami selalu kesana ketika liburan tiba, ya A&W.

Setelah hari itu, ayah dan bunda pergi ntah kemana. Aku dan adik-adikku disuruh jaga rumah. Ya, aku memang tidak suka bepergian, aku lebih nyaman berada dirumah. Disela-sela aku dan adik-adikku bermain, bunda pun menelponku, "Kak, mau beli hp tipe berapa nak ?" Ku kira mereka hanya bercanda, lalu kujawab, "Ya yang biasa-biasa aja nda, gak usah mahal-mahal."

Sepulangnya, ayah dan bunda memberikan aku handphone, ya tidak mahal tapi aku menghargai pemberian mereka. Sejak saat itu aku berusaha untuk terus membuat mereka bangga dengan prestasiku.
Naik kekelas 3 SMK, aku lagi-lagi mendapat juara dikelas dan juara umum disekolah. Ayah membelikanku sebuah motor yang memang pernah aku minta.

Merekalah yang selalu memenuhi apa yang aku minta dan yang aku inginkan. Membesarkanku dengan cinta dan kasih sayang. Bahkan saat usiaku beranjak 18 tahun, ayah mengirimkan pesan singkatnya melalui BBM, "Selamat milad kakak, moga bertambahnya usia lebih dewasa lagi dalam bersikap. Do'a ayah dan bunda selalu menyertai dalam setiap langkahmu."

Lengkap kebahagiaanku. Aku memiliki seorang laki-laki yang tangguh dan hebat, memiliki seorang perempuan yang kuat dan bijaksana, memiliki adik-adik yang menyenangkan dan selalu menghibur.
Menjadi anak perempuan satu-satunya dalam keluarga membuat aku harus lebih dewasa agar aku bisa menjalani hidup seperti yang Ia ajarkan.

Tak pernah sedikitpun aku menginginkan orangtuaku menangis karena kecewa. Aku ingin melihat mereka tersenyum bahagia. Prestasiku bahkan kadang sedikit rejekiku takkan mampu membayar kasih sayang Ibunda yang telah menjadikan aku anak yang kuat.
Suatu hari aku pernah berdo'a kepada Tuhan, "Ya Allah, ketika umurku tak sampai untuk membahagiakan Ibunda yang telah melahirkanku, tak sampai untuk membahagiakan Ayahanda yang telah berjuang untuk kehidupan dan pendidikanku. Bukakanlah pintu-pintu kebahagiaan untuk adik-adikku, agar mereka yang akan membahagiakan ayah dan ibundaku. Dan bahagiakan keluargaku dengan limpahan kasihsayang-Mu ya rabb. Tak ada yang bisa aku berikan untuk saat ini kepada mereka, melainkan prestasi yang dapat membanggakan mereka."

Bahkan hingga saat ini, aku tidak mengidolakan seorang artis. Aku hanya mengidolakan Rabb-ku, Nabi-ku, dan kedua orang tuaku.
Ibundaku adalah idolaku. Dan Ia adalah kunci kesuksesanku. Karena tanpa do'a dan bimbingannya, aku bukanlah siapa-siapa. Walaupun aku telah beranjak dewasa, peluk hangatnya tak pernah lepas. Bahkan selalu memanjakanku.


Dari kami, anak-anakmu
Untuk yang tercinta, Ibundaku

Selamat Hari Ibu, Bunda.
Tetap menjadi Ibu terhebat bagi kami anak-anakmu.
Tetap menjadi Malaikat bagi kami.
Dan tetap menjadi Bidadari indah dalam hidup kami.

Love You So Much.







                                                                                                                                                                            Tertanda


                                                                                     Riska, Rehan, Rifqiy



Tidak ada komentar:

Posting Komentar