Design by : Riska Maghfira. Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 15 September 2014

AKANKAH LANTUNAN AYAT SUCI ITU KUDENGAR DARI LISANNYA ?


            Pagi itu kulihat dia terjaga dari tidurnya. Aku tak bisa melaksanakan shalat dikarenakan kedatangan tamu bulanan. Tentu tahu bagaimana istimewanya seorang wanita. Aku melihatnya masuk kedalam kamar mandi yang ada dikamar. Kulihat dia selesai mandi subuh itu. Kulihat dia mulai mengenakan baju kaos dan celana jeans yang biasa dia kenakan. Aku tak tahu dia ingin kemana, tapi yang pasti dia akan pergi. Dia mulai mengembangkan sajadah lalu melaksanakan shalat subuh. Dalam hatiku, kuberkata, “Ya Allah telah kulihat calon suamiku melaksanakan perintah-Mu. Tapi aku belum sempat melihat dia membuka lembaran-lembaran firman-Mu. Aku juga belum bisa mendengar suaranya melantunkan ayat-ayat indah itu. Kapankah akan kudengar itu ya Allah ?”
            Ya, aku tahu dia hanya calon suamiku dan hanya aku yang menyebutnya calon suami. Itupun jika nanti kedua orangtuaku merestui hubungan kami, jika tidak aku akan berusaha bagaimana caranya agar mereka merestui hubungan kami. Dari caranya menyayangiku, dia adalah sosok imam yang baik untukku. Dari caranya bertanggung jawab atas keluarganya adalah bukti bahwa nanti dia akan bertanggung jawab terhadap keluarga kecilnya. Kulihat bagaimana dia berjuang untuk keluarganya, dan itu bukti untuk yang kesekian kalinya bahwa dia adalah orang yang bertanggung jawab.
          
  Sosok penyayang, pekerja keras, ibadah taat. Akankah aku bisa menggelar sajadah dibelakangnya ? Menjadi makmumnya ? Yang akan meng-aamiin-kan tiap do’anya ? Yang akan mencium tangannya ketika selesai melaksanakan shalat ? Bisakah aku menjadi penyambungnya ketika ia selesai membaca Al-Qur’an ?  Akankah suaranya yang kudengar untuk mengumandangkan iqamah ketika akan shalat berjama’ah ?
            Akankah suaranya yang kudengar ketika melantunkan ayat-ayat indah-Mu ya Allah ? Akankah dia yang menjadi teman tidurku nanti ketika dia memang ditakdirkan untukku ? Akankah dia yang akan menyanyikan shalawat untuk membawaku terlelap dalam tidur ? Dan akankah dia yang akan membangunkanku untuk melaksanakan shalat tahajjud ?
            Harapan demi harapan yang aku titipkan. Aku ingin dia menjadi imamku, menjadi laki-laki terakhir dalam pencarian cintaku. Dan dia tempat pelabuhan terakhirku. Aku ingin dia yang mengumandangkan adzan ditelinga putraku nanti. Aku ingin dia yang mengumandangkan iqamah ditelinga putriku. Aku ingin dia yang akan kurapikan pakaiannya sebelum dia melangkahkan kaki keluar untuk mencari nafkah.
            Akankah suaranya yang akan didengar putra-putriku ketika kami bersama-sama membaca ayat-ayat indah-Mu ? Akankah dia yang membenarkan bacaan kami yang salah ? Pertanyaan-pertanyaan itu hanya mampu menjadi pertanyaan dalam hati dan pikiranku, tanpa aku tahu kapan aku terjawab. Namun tiap sujud dan tahajjudku, aku hanya meminta agar dialah yang menjadi imamku.
            Dan aku hanya berdo’a, agar ayahku diberi kesehatan untuk menjadi wali dalam pernikahan putri sematawayangnya ini. Ya Allah, akankah pertanyaan-pertanyaan itu terjawab dan sesuai inginku ?
            Untukmu calon suamiku, calon imamku, calon ayah dari putra putriku. Jika memang kau ditakdirkan untukku, maukah kau terima bagaimana kekuranganku ? Maukah kau ajarkan aku untuk menjadi istri yang baik dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita nanti ? Maukah kau mengeluarkan suaramu agar kami bisa mendengar suara merdu ketika kau membaca ayat-ayat Allah itu ?
            Untuk calon suamiku, akankah kudengar suaramu nanti ketika engkau melantunkan ayat-ayat yang indah itu ? Semoga saja aku bisa mendengarnya J
            Sayang, aku mencintaimu karena Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar